Meraih Ampunan

Tiga nafsu atau dorongan yang selalu berkompetisi dalam diri manusia, yaitu nafsu ammarah, lawwamah, dan muthmainnah.

Nafsu ammarah adalah dorongan untuk melakukan pelanggaran dan kemaksiatan. Manusia paling saleh pun memiliki dorongan ini, karenanya sudah dipastikan tidak ada manusia yang steril dari dosa.

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang suka mengoreksi ketika kita melakukan dosa atau kemaksiatan. Kalau kita berkhianat atau berbohong, misalnya, siapa yang pertama kali mengingatkan bahwa perbuatan tersebut salah? Tentunya diri kita sendiri. Inilah yang disebut dengan nafsu lawwamah.

Nafsu muthmainnah adalah dorongan untuk berbuat kebaikan. Jiwa merasa tenteram kalau melaksanakan aturan-aturan Allah SWT dan berbuat berbagai kebajikan. Manusia yang paling bejat sekalipun memiliki nafsu muthmainnah. Karenanya, sebejat-bejatnya manusia pasti pernah berbuat kebaikan. Hakikatnya, manusia itu haniif (cenderung pada kebaikan), karena itu manusia akan merasa tenang, tenteram, dan bangga kalau sudah berbuat kebaikan. Sebaliknya, ia merasa gelisah dan menyesal bila melakukan pelanggaran dan dosa.

Ketiga macam nafsu ini selalu berkompetisi. Apabila nafsu muthmainnah memenangkan persaingan, akan lahir perbuatan baik dan mulia. Namun, kalau nafsu ammarah yang memenangkannya, akan lahir perbuatan nista dan maksiat. Shaum Ramadhan melatih jiwa agar bisa mengendalikan nafsu ammarah, bahkan bisa menundukkannya, sehingga yang dominan dalam diri kita adalah nafsu muthmainnah.

  •  lima tipe orang yang terjerumus dosa :

Pertama, orang yang suka meremehkan dosa, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, ”Janganlah meremehkan dosa, karena dosa tersebut akan berkumpul dan mencelakakannya.” (HR Thabrani dan Baihaqi).

Kedua, orang yang suka menunda tobat. Artinya tobat hanya sebatas rencana dan cita-cita, tetapi tidak direalisasikan (QS Almunafiqun [63]: 10-11).

Ketiga, orang yang mau bertobat kalau ditimpa kesusahan atau musibah. Orang seperti ini baru merasa butuh maghfirah Allah kalau dia sudah terpuruk (QS Fushshilat [41]: 51).

Keempat, orang yang putus asa dari ampunan Allah, sehingga merasa ”kepalang dosa” (QS Azzumar [39]: 53).

Kelima, orang yang sadar akan dosanya dan yakin akan ampunan atau maghfirah Allah SWT sehingga bersungguh-sugguh dalam bertobat. Inilah tipe yang paling ideal dan inilah ciri orang takwa (QS Ali Imran [3]: 135).

Manusia tidak akan pernah luput dari satu dosa sekecil apapun Dan Allah pasti memberikan maghfirah pada hamba-hamba-Nya yang mohon ampun atau bertobat dengan sungguh-sungguh (QS Attahrim [66]: 8). Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu memohon maghfirah-Nya. Amin.

Dari berbagai sumber